Doraemon

Doraemon
Doraemon And Friend

Kamis, 26 Januari 2012


Bencana: Saat yang Menjadikan Hidup Berarti?

Pada umumnya kita baru mau belajar, ketika kita mengalami “bencana” yang memaksa kita untuk merenung. Saat jalan kita sudah buntu. Saat dihadapan kita terpampang tembok yang tebal dan tinggi. Kita banyak belajar ketika kita mengalami kegagalan. Saat kita sukses, kita tidak banyak belajar. Ketika Anda mengalami keberhasilan, teman-teman anda mungkin hanya berkata, “Kamu hebat!” tetapi saat anda mengalami kegagalan yang terjadi adalah anda disuruh untuk belajar kembali. Evaluasi kembali. Merenungkan kembali apa yagn sudah anda alami. “Anggaplah itu sebagai sebuah pengalaman, sebuah pelajaran!” Kata-kata itu mungkin sering anda dengar saat-saat anda berkutat dengan kegagalan.
Sebuah ungkapan bijak mendukungnya, “Hanya keledai bodoh yang jatuh dalam lubang yang sama untuk kedua kalinya”. Apakah anda pernah mendengar atau membaca ungkapan yang sebaliknya? “Hanya orang pintar yang mengalami kesuksesan yang sama untuk kedua kalinya”?

Kita akan sangat membutuhkan benturan-benturan dalam perjalanan hidup ini, ketika kita ingin berkembang. Ketika kita ingin mengevaluasi diri kita.

Kapankah anda mulai menyadari pola makan yang salah? Ketika anda sudah terkena penyakit maag.

Kapankah anda mulai memberi cinta pada orang-orang yang anda cintai? Ketika anda sudah kehilangan mereka.

Kapankah anda mulai menyadari bahwa sikap anda pada teman-teman anda ternyata sangat menjengkelkan? Ketika anda tidak punya teman lagi. Kapan anda mulai tekun belajar? Ketika nilai anda di sekolah sangat jelek. Kapan anda mulai berdoa? Saat anda menghadapi cobaan berat. Hidup anda sudah mulai tidak teratur atau malah sudah hancur.

Tentu semua itu, bisa kita laksanakan, ketika kita mau untuk menyadari segala tindakan dan perilaku kita. Intinya, kita mulai belajar ketika kita tidak tahu tetapi kita butuh itu. Pelajaran paling berharga adalah saat kita menghadapi kehidupan yang paling berat. Ketika segala yang kita lakukan hampir membuat kita stress. Atau hampir ingin bunuh diri. Kegagalan memang menyakitkan, namun saat itulah kita dididik. Biasanya kita memperhatikan “bencana” itu sebagai titik balik. Kita adalah makhluk yang hidup dengan kebiasaan. Kita terus melakukan apa yang kita lakukan, hingga kita terpaksa berubah.

So, pelajaran kita tidak pernah habis. Selama kita masih hidup kita harus tetap belajar, dan berubah mengikuti sinyal-sinyal dari alam. Alam semesta selalu mengusik kita dengan sinyal-sinyal lembut sebagai alarm bagi kehidupan kita. Tapi ketika kita tidak menggubris sinyal-sinyal itu, alam semesta membangunkan kita dengan gelombang air bah, atau gempa bumi, tanah longsor, banjir badang..

Apakah bencana membuat kita semakin lebih bijak dalam menjalani kehidupan ini atau malah membuat kita menyerah atas kehidupan ini. Tuhan punya rencana atas semua ini. Kehidupan kita akan makin berwarna, mulai dari warna gelap sampai warna yang cerah. Mungkin benar kata Ebiet G. Ade: Anugerah dan Bencana Adalah Kehendaknya, Kita Mesti Tabah Menjalani, Hanya Cambuk Kecil Agar Kita Sadar, adalah Dia Di Atas Segalanya.

Tuhan memberkati
 https://www.facebook.com/CeritaCeritaInspiratif

Tidak ada komentar:

Posting Komentar